Assalamua'laikum . . .

Neupangkeun nami abdi Vivit Vinifera

Senin, 22 Maret 2010

Uang kuasi di pasar uang

BAB 1
PENDAHULUAN
Sektor moneter memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Moneter erat kaitannya dengan pasar uang. Sering dengan perkembangan zaman dan aktivitas manusia yang semakin beragam, menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan cepat. Aktivitas yang beragam membuat manusia menjadi dinamis berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan harus segera memenuhi kebutuhannya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat menggunakan uang. Itulah salah satu latar belakang diperlukannya pasar uang adalah kebutuhan manusia untuk mendapatkan sejumlah dana dalam jangka pendek atau sifatnya harus segera dipenuhi.
Fungsi pasar uang adalah sebagai berikut :
1.Mempermudah masyarakat memperoleh dana-dana jangka pendek untuk membiayai modal kerja atau keperluan jangka pendek lainnya
2.Memberikan kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) dan Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU )
3.Menunjang program pemerataan pendapatan bagi masyarakat
Pada pasar uang yang dijadikan komoditi untuk diperdagangkan adalah uang itu sendiri dengan beruwujud surat-surat berharga dan ada juga uang itu sendiri seperti jual beli pada pasar valuta asing dalam istilah moneter biasa disebut uang kuasi.
Macam-macam transaksi yang ada di pasar uang :
1.Pasar uang antar bank, adalah transaksi untuk menyerahkan sejumlah kelebihan dana dari suatu Bank kepada Bank yang lain, dimana Bank yang menerima dana sedang kalah kliring. Kalah kliring artinya sebuah bank kekurangan dana untuk membayar kepada nasabahnya.
2.Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) adalah sejenis surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku Bank sentral dan ditujukan untuk dibeli oleh Bank Umum dengan nilai nominal yang sangat besar.
Tujuan Bank Indonesia mengeluarkan SBI untuk mengurangi peredaran uang di dalam masyarakat.
3.Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU ) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Umum dan dibeli oleh Bank Indonesia dengan nilai nominal cukup besar. Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas Bank Umum untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
4.Sertifikat Deposito adalah adalah semacam surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank dalam nilai nominal tertentu sebagai surat atas unjuk.
5.Pasar Valuta Asing adalah tempat seseorang dapat membeli atau menjual sejenis mata uang asing atau menukar dengan mata uang rupiah. Sering disebut Bursa Valuta Asing. Lembaga yang mengkhususkan kegiatannya dalam pertukaran uang asing disebut money changer.
Peserta Pasar Uang
Lembaga yang ikut dalam pasar uang :
1Bank-bank
2Perusahaan umum
3Perusahaan asuransi
4Yayasan
5Lembaga keuangan lainnya : koperasi dan rumah gadai
Pasar Uang adalah pasar yang memperjual belikan mata uang negara-negara yang berlaku di dunia. Pasar ini disebut juga sebagai pasar valuta asing / valas / Foreign Exchange / Forex. Resiko yang ada pada pasar ini relatif besar dibandingkan dengan jenis investasi lainnya, namun demikian keuntungan yang mungkin diperoleh juga relatif besar. Contoh adalah transaksi forex di BEJ, BES, agen forex, di internet, dan lain-lain.

1.1.LATAR BELAKANG
Latar belakang adanya uang kuasi adalah adanya kebutuhan seseorang ataupun institusi dalam waktu jangka pendek. Uang kuasi merupakan bentuk uang yang bergerak di sektor moneter, tepatnya di pasar keuangan yaitu pasar uang. Uang kuasi ini memiliki likuiditas paling tinggi di sektor moneter, karena pergerakan dan kebutuhan dana atau permintaan dan penawaran uang terjadi dalam waktu yang relatif cepat dan angka nominalnya besar. Ada dua kelompok yang membahas permintaan uang. Pertama kelompok klasik yang dipelopori oleh Fisher dengan teori kuantitas uang (Insukindro, 1993). Menurut Fisher bahwa jumlah proporsional dengan harga, dengan asumsi kecepatan uang dan transaksi dianggap tetap. Toeri Fisher ini banyak diprotes karena tidak dianggap sebagai teori permintaan uang. Walau demikian, kelompok klasik mengembangkan teori lanjutan tentang permintaan uang yang didasarkan pada Teori Fisher tersebut. Kelompok kedua adalah kelompok Keynes. Keynes menyatakan bahwa ada tiga alasan orang meminta uang, yaitu :
1.Pertama, orang meminta uang untuk memenuhi transaksi harian. Permintaan ini dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar permintaan uang untuk tujuan transaksi.
2.Alasan kedua adalah untuk memenuhi transaksi yang tak terduga, seperti sakit atau kebutuhan yang tak terduga lainnya. Permintaan uang ini juga dipengaruhi oleh pendapatan, semakin besar pendapatan maka semakin besar permintaan uang untuk berjaga-jaga, sebalinya maka permintaan uang untuk tujuan ini semakin sedikit.
3.Alasan terakhir, orang menyimpan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan uang ini dipengaruhi oleh tingkat bunga, jika tingkat bunga tinggi maka semakin sedikit permintaan uang karena menyimpan uang kontan akan mengalami kerugian, lebih baik disimpan di bank. Jika tingkat bunga rendah maka orang kurang berminat untuk menyimpan uang di bank karena hasil yang diperoleh sedikit, sehingga orang akan menyimpan uang kontan.



1.2.RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini, saya mencoba menganalisa data sekunder yang saya peroleh dari internet, yaitu mengenai perkembangan jumlah uang kuasi di Indonesia dalam kurun waktu 1996 hingga tahun 2005, serta data mengenai faktor yang paling mempengaruhi terhadap perkembangan jumlah uang kuasi.

1.3.TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi perkembangan uang kuasi di sektor moneter dari tahun 1996-2005
2.Untuk mengetahui perkembangan pasar uang yang dalam hal ini komoditinya adalah uang kuasi
3.Sebagai ilmu pengetahuan atau informasi bagi pihak-pihak yang tertarik akan sektor moneter, khususnya pasar uang.
















BAB 11
PEMBAHASAN
II.1. PENGERTIAN
Salah satu studi yang masih menimbulkan kontroversi hingga saat ini, khususnya dibidang moneter, adalah tentang permintaan uang. Kontroversi tersebut berawal dari dua kutub utama dalam permintaan uang, yaitu mashab keynes dan mashab monetaris. Kunci utama pemikiran keynes terletak pada suku bunga sedangkan mashab monetaris mengacu pada stok uang. Perdebatan kedua mashab tersebut tidak terbatas pada perdebatan teoritis, namun juga merambat pada perdebatan empiris.
Dengan makin berkembangnya teknologi, aktifitas ekonomi, perbankan dan lembaga keuangan menjadi semakin maju. Derajad kepekaan (responsiveness) variabel–variabel moneter, khususnya suku bunga domestik, menjadi semakin tinggi terhadap perubahan variabel moneter internasional. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pembatas antara ekonomi domestik dengan ekonomi intenasional menjadi semakin luntur. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, membuat para pelaku ekonomi menjadi semakin cerdas dalam mengurai informasi ekonomi yang diterimanya.
Masih terkait dengan kemajuan teknologi, perkembangan analisispun juga terbawa dalam proses kemajuan. Analisis yang berkembang saat ini bukan hanya sekedar menyajikan hubungan dalam jangka panjang yang bersifat statis, namun juga telah mampu menganalisis kondisi jangka pendek dengan menampilkan berbagai metode analisis.
Teori permintaan uang merupakan bagian dari pilihan alokasi sumber daya yang langka. Seluruh anggota masyarakat hanya memiliki sumber daya terbatas yang tersedia pada mereka dalam bentuk pendapatan sekarang dan aktiva total yang terkumpul. Oleh karena itu mereka harus membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.
Jika mereka memilih lebih banyak konsumsi, mereka harus menyimpan lebih sedikit aktiva total. Jika mereka memilih untuk menyimpan lebih banyak jenis aktiva yang satu mereka harus menyimpan lebih sedikit aktiva yang lain. Mereka harus menyeimbangkan terus menerus keuntungan menyimpan yang satu lebih banyak terhadap kerugian menyimpan yang lain lebih sedikit.
Meletakkan permasalahan dengan cara ini menimbulkan pertanyaan mengapa orang-orang memilih untuk menyimpan saldo uang. Uang biasanya tidak menghasilkan pendapatan yang eksplisit, atau paling banter, hanya tingkat hasil yang rendah dibandingkan dengan hasil aktiva lain. Tetapi menyimpan uang berarti mengorbankan sesuatu, kerugiannya adalah kepuasan atau pendapatan yang dikorbankan dengan menyimpan uang dan bukan menggunakan dana ini untuk manfaat lain.
Kenyataan bahwa orang memilih untuk menyimpan sejumlah tertentu saldo uang dengan biaya alternatif yang menarik memberi kesan bahwa menyimpan uang pasti menghasilkan semacam keuntungan terhadap individu itu. Hal ini diakibatkan oleh kualitas uang akseptabilitasya yang umum dalam pembayaran, likuiditasnya yang sempurna, dan keamanannya dalam arti bahwa uang tidak menurun nilainya (depresiasi) dilihat dari segi uang. Memang sebagaimana akan kita lihat, sifat-sifat uang ini menimbulkan beberapa alasan yang berbeda untuk menyimpan uang.
Beberapa studi yang menampilkan analisis jangka panjang dengan pendekatan yang relatif tentang permintaan uang. Studi ini diarahkan pada beberapa persoalan, yang pertama menganalisis dalam perspektif jangka pendek maupun jangka panjang tentang permintaan uang terutama uang kuasi, yang didefenisikan sebagai aset moneter yang memiliki likuiditas tinggi, namun secara langsung tidak dapat berfungsi sebagai medium of exchange. Yang termasuk dalam kategori uang kuasi adalah deposito berjangka baik dalam bentuk rupiah maupun dalam bentuk valuta asing.
Disamping itu, studi ini juga akan mengamati bagaimana perilaku masyarakat dalam memegang uang kuasi. Mengamati stabilitas permintaan uang kuasi ini sangat penting karena terkait dengan efektif tidaknya kebijakan pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia, untuk menggunakan instrumen suku bunga dan valuta asing sebagai instrumen kebijakan, pada dua masa yang memiliki kondisi berbeda yaitu normal dan kondisi krisis.
Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian deregulasi keuangan dan perbankan yang di mulai tahun 1983. Implikasi dari deregulasi tersebut adalah semakin meningkatnya integrasi dan interaksi antar berbagai unsur ekonomi yang menyebabkan struktur ekonomi menjadi dinamis dan kompleks.
Struktur ekonomi yang kompleks akan merubah perilaku pelaku ekonomi yang diindikasikan dengan munculnya berbagai fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. Perkembangan industri keuangan non-bank seperti pasar modal akan mendorong terjadinya disintermediasi dan perubahan perilaku investasi.
Selain itu, terlihat pula gejala merenggangnya hubungan antar variabel makro ekonomi. Kondisi ini pada akhirnya akan mempersulit otoritas moneter untuk mengambil keputusan dalam manajemen moneternya. Di Indonesia, kebijakan moneter sepenuhnya diserahkan kepada otoritas moneter yaitu Bank Indonesia. Dalam hal ini, jumlah uang beredar merupakan alat yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter. Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh berapa besarnya jumlah uang kartal, jumlah tabungan masyarakat dan jumlah uang kuasi.
Jumlah uang kuasi di suatu negara dipengaruhi banyaknya faktor-faktor antara lain kebijakan pemerintah, politik, dan keamanan. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tingkat suku bunga, tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya, jumlah uang yang beredar, inflasi, ramalan mengenai keadaan ekonomi masa depan, tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh, dan keuntungan yang diperoleh perusahaan .












Perkembangan jumlah uang kuasi di Indonesia dalam kurun waktu 1996 hingga tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Uang Kuasi di Indonesia
Selama Periode 1996 – 2005 (Milyar Rp)


Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Seperti terlihat pada di atas perkembangan jumlah uang kuasi di Indonesia selama periode 1996-2005 mengalami pertumbuhan yang bervariasi. Data statistik menunjukkan pada setiap tahunnya jumlah uang kuasi selalu mengalami pertambahan, peningkatan yang berarti terjadi dari tahun 1997 sampai dengan tahun 1998, ini merupakan dampak dari krisis ekonomi yang dialami oleh semua aspek perekonomian indonesia.
Pada tahun 1998 terjadi peningkatan jumlah uang kuasi hingga mencapai 71,72% yang berhubungan dengan tingginya tingkat suku bunga di Indonesia, dan menyebabkan masyarakat mendepositokan uang mereka karena tinginya tingkat bunga dan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
Data statistik menunjukkan pada tahun 1997 jumlah uang kuasi di Indonesia sebesar Rp 277.300 milyar dan mengalami peningkatan selama dua tahun berturut–turut sampai pada tahun 1999, hingga mencapai angka Rp 521.572 milyar. Berarti tahun 1997 sampai tahun 1999 jumlah uang kuasi di Indonesia selalu mengalami peningkatan baik dalam angka absolut maupun angka relatif (persentase). Pada tahun berikutnya jumlah uang kuasi terus mengalami peningkatan dan tidak diikuti dengan persentasenya yang pertumbuhannya tidak tetap. Terakhir dari tahun 2004-2005 pertumbuhan uang kuasi mencapai 18,16%

Faktor yang paling mempengaruhi terhadap perkembangan jumlah uang kuasi antara lain pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga. Berikut disajikan data tentang perkembangan pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga di Indonesia selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir :

Tabel 2. Perkembangan Pendapatan Nasional, Nilai Tukar,dan Tingkat Suku Bunga Di Indonesia Selama Periode 1996-2005

Tahun
PDB Atas Harga Konstan
2000 (%)
Nilai Tukar(Kurs Tengah BI) (%)
Tingkat Suku Bunga
(Deposito)
(%)
1996
14432,74
-
2.383
-
16,92
-
1997
15125,18
4,80
4.650
95,13
23,01
35,99

1998
13146,53
-13,08
8.025
72,58
51,67
124,55
1999
13249,76
0,79
7.100
-11,53
23,97
-53,61
2000
13897,70
4,89
9.595
35,14
11,16
-53,44
2001
14432,56
3,85
10.400
8,39
14,54
30,29
2002
15062,81
4,37
8.940
-14,04
14,41
-0,89
2003
15773,43
4,72
8.465
-5,31
9,70
-32,69
2004
16569,37
5,05
9.290
9,75
6,20
-36,08
2005
17498,14
5,61
9.830
5,81
8,36
34,84

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia.
   



BAB III
PENUTUP
beberapa hal yang mempengaruhi permintaan uang, diantaranya :
1.Pendapatan riil. Semakin tinggi pendapatan, permintaan akan uang akan semakin besar. Ini karena konsumsi dan tabungan akan bertambah seiring dengan meningkatnya pendapatan.
2.Tingkat suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, permintan uang untuk motif spekulasi akan berkurang. Tingginya suku bunga akan membuat biaya pinjaman uang untuk berspekulasi bertambah mahal. Selain itu, jika tingkat suku bunga tinggi, orang akan lebih baik menabung di bank dengan jaminan suku bunga yang ada daripada berspekulasi.
3.Tingkat harga umum. Semakin tinggi tingkat harga umum, permintaan akan uang akan semakin bertambah. Ini karena harga barang/jasa bertambah mahal, sehingga dibutuhkan lebih banyak uang untuk membelinya. Permintaan uang turut dipengaruhi oleh tingkat harga karena kenaikan harga memaksa orang untuk meminta uang yang lebih banyak dengan tujuan untuk mempertahankan transaksi yang telah biasa dilakukan selama ini. Fungsi permintaan uang yang digunakan dicari dengan mengakomodir tingkat bunga dan harga yang diharapkan. Setiap konsumen selalu bersikap rasional dan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan kenaikan harga dan tingkat bunga sehingga harga dan tingkat bunga yang diharapkan sangat relevan dimasukkan dalam persamaan.
4.Pengeluaran konsumen. Misalnya saja pengeluaran konsumen pada bulan-bulan menjelang Natal, puasa, atau Hari Raya lainnya akan bertambah. Akibatnya, permintaan uang juga akan bertambah.






DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii.2001.Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik.Jakarta: Gema Insani dan Tazkia Cendekia
Reksoprayitno, Soediyono.2000.Ekonomi Makro Analisis IS-LM Dan Permintaan-Penawaran Agregatif.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=4&fname=eko105_18.htm
http://www.docstoc.com/docs/7839435/Permintaan-Uang-Indonesia-Data-Bulanan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar